Jakarta – Seiring bertambahnya usia, kekuatan tulang melemah dan semakin rapuh. Kondisi ini menyebabkan seseorang mengidap osteoporosis. Jika semakin parah, osteoporosis dapat menyebabkan patah tulang.

Apa Itu Osteoporosis?

Osteoporosis adalah kondisi ketika tulang menjadi lemah dan sangat rapuh sehingga jatuh atau tekanan ringan seperti membungkuk atau batuk dapat menyebabkan patah tulang. Patah tulang akibat osteoporosis paling sering terjadi di pinggul, pergelangan tangan, atau tulang belakang.

Tulang adalah jaringan hidup yang terus-menerus dipecah dan diganti. Osteoporosis terjadi ketika pembentukan tulang baru tidak mengimbangi hilangnya tulang lama.

Osteoporosis memengaruhi pria dan wanita dari semua ras. Namun, wanita kulit putih dan Asia, serta yang sudah mengalami menopause memiliki risiko lebih tinggi. Obat-obatan, pola makan sehat, dan olahraga menahan beban dapat membantu mencegah pengeroposan tulang atau memperkuat tulang yang sudah lemah.

Gejala Osteoporosis

Biasanya, osteoporosis tidak menimbulkan gejala. Itulah mengapa terkadang penyakit ini disebut silent illness. Namun, hal-hal berikut perlu dicurigai sebagai awal dari osteoporosis:

  • Kehilangan tinggi badan (menjadi lebih pendek satu inci atau lebih)
  • Perubahan postur tubuh (membungkuk ke depan)
  • Sesak napas (kapasitas paru-paru lebih kecil karena cakram terkompresi)
  • Patah tulang
  • Nyeri di punggung bawah.

Penyebab Osteoporosis

Tulang terbuat dari jaringan yang hidup dan tumbuh. Bagian dalam tulang yang sehat terlihat seperti spons. Daerah ini disebut tulang trabekular. Cangkang luar dari tulang padat membungkus tulang spons. Cangkang keras ini disebut tulang kortikal.

Saat osteoporosis terjadi, lubang di spons tumbuh lebih besar dan banyak yang melemahkan bagian dalam tulang. Sekitar usia 30, orang biasanya membangun lebih banyak tulang daripada yang hilang. Setelah usia 35 tahun, kerusakan tulang terjadi lebih cepat daripada penumpukan tulang yang menyebabkan hilangnya massa tulang secara bertahap.

Jika mengidap osteoporosis, orang kehilangan massa tulang pada tingkat yang lebih besar. Setelah menopause, laju kerusakan tulang terjadi lebih cepat lagi.

Faktor Risiko Osteoporosis

1. Pertambahan usia

Risiko setiap orang untuk terkena osteoporosis meningkat seiring bertambahnya usia. Namun, wanita di atas usia 50 tahun atau pascamenopause memiliki risiko terbesar terkena osteoporosis. Wanita mengalami keropos tulang yang cepat dalam 10 tahun pertama setelah memasuki masa menopause.

Pria di atas usia 50 tahun lebih cenderung mengalami patah tulang akibat osteoporosis daripada terkena kanker prostat.

2. Etnis atau ras

Wanita Kaukasia dan Asia lebih mungkin untuk mengalami osteoporosis. Namun, wanita Afrika-Amerika dan Hispanik juga masih berisiko

3. Struktur tulang dan berat badan

Orang bertubuh mungil dan kurus berisiko lebih besar terkena osteoporosis karena memiliki tulang yang lebih sedikit untuk keropos daripada orang dengan berat badan lebih dan kerangka yang lebih besar.

4. Riwayat keluarga

Jika orang tua atau kakek nenek memiliki tanda-tanda osteoporosis, seperti patah tulang pinggul setelah jatuh ringan, orang mungkin memiliki risiko lebih besar terkena penyakit ini.

5. Kondisi medis dan pengobatan tertentu

Jika memiliki salah satu dari kondisi berikut, orang lebih berisiko terkena osteoporosis. Kondisi ini antara lain:

  • Kelenjar tiroid, paratiroid, atau adrenal yang terlalu aktif
  • Riwayat operasi bariatrik atau transplantasi organ
  • Perawatan hormon untuk kanker payudara, prostat, atau riwayat terlambat haid
  • Penyakit celiac atau penyakit radang usus
  • Penyakit darah seperti a number of myeloma

Faktor risiko lainnya terdiri dari:

  • Tidak memiliki cukup kalsium dan vitamin D
  • Malas berolahraga
  • Penggunaan tembakau
  • Penggunaan alkohol

Komplikasi Osteoporosis

Patah tulang, terutama di tulang belakang atau pinggul merupakan komplikasi osteoporosis yang paling serius. Patah tulang pinggul yang disebabkan oleh jatuh dapat mengakibatkan kecacatan hingga peningkatan risiko kematian dalam tahun pertama setelah cedera.

Dalam beberapa kasus, patah tulang belakang bisa terjadi meski tidak terjatuh. Tulang-tulang yang membentuk tulang belakang melemah hingga ‘runtuh.’ Ini mengakibatkan orang sakit punggung, kehilangan tinggi badan, dan postur tubuh menonjol ke depan.

Analysis Osteoporosis

Kepadatan tulang dapat diukur dengan mesin yang menggunakan sinar-X tingkat rendah untuk menentukan proporsi mineral dalam tulang. Selama tes, pasien berbaring di atas meja saat pemindai melewati tubuh. Dalam kebanyakan kasus, hanya tulang tertentu yang diperiksa, biasanya di pinggul dan tulang belakang.

Pengobatan Osteoporosis

Jika tes menunjukkan seseorang mengidap osteoporosis, dokter mungkin meresepkan obat dan menyarankan perubahan gaya hidup. Perubahan gaya hidup ini dapat mencakup peningkatan asupan kalsium dan vitamin D, serta olahraga yang tepat.

Tidak ada obat untuk osteoporosis, tetapi perawatan yang tepat dapat membantu melindungi dan memperkuat tulang. Perawatan ini membantu memperlambat kerusakan tulang di tubuh. Beberapa perawatan dapat memacu pertumbuhan tulang baru.

Kapan Harus ke Dokter?

Bicara dengan dokter jika mengalami menopause dini, mengonsumsi kortikosteroid selama beberapa bulan sekaligus, atau salah satu dari orang tua mengalami patah tulang pinggul.

Simak Video “Menengok Isi Kampung Sangkal Putung di Sidoarjo
[Gambas:Video 20detik]
(suc/suc)