Jakarta –
Kabar nggak enak buat penyintas COVID-19, warga Inggris ramai-ramai melaporkan efek jangka panjang atau Lengthy COVID. Mereka diliputi rasa depresi dan kecemasan sehingga terlalu lelah atau sakit untuk bekerja.
Dikutip dari Reuters, Inggris menjadi salah satu negara yang terlambat pulih dari pandemi COVID-19, dibandingkan negara Eropa lain selain Jerman.
Kasus lengthy COVID meningkat dari 260 ribu kasus menjadi 754.000, naik 53 persen dibandingkan Januari, tahun lalu.
Ada 412.000 orang berusia 16 hingga 64 tahun yang tidak bisa bekerja karena mengalami efek jangka panjang dalam tiga bulan terakhir hingga Mei. Catatan ini naik 20 persen dibandingkan sebelum pandemi.
Sebaliknya, jumlah orang usia kerja yang tidak produktif secara ekonomi karena alasan umum lainnya, seperti pensiun dini atau tanggung jawab merawat, jauh lebih rendah daripada sebelum pandemi.
Angka yang dirilis pemerintah pada Rabu (26/7) memberikan rincian tentang apa yang ada di balik peningkatan kesehatan buruk.
Sebagian besar dari 2,5 juta orang usia produktif yang mengalami efek jangka panjang sedikitnya memiliki lima keluhan bahkan lebih. Tren ini meningkat sebanyak 42 persen dari 2019, demikian penjelasan Kantor Statistik Nasional Inggris.
Kategori kesehatan buruk yang paling umum ditemui adalah depresi, gangguan saraf, kecemasan.
“Jumlah orang yang sakit jangka panjang dengan kondisi ini naik 386.000 dari 2019 menjadi 1,351 juta,” kata ONS, peningkatan tercatat mencapai 40 persen.
Angka ini juga berimbas pada jumlah ‘ready checklist’ perawatan di Layanan Kesehatan Nasional Inggris, merangkak naik dari 4,6 juta pada Januari 2020, kini berada di 7,4 juta.
Simak Video “Jepang Turunkan Klasifikasi Covid-19 Jadi Setara Flu Biasa“
[Gambas:Video 20detik]
(naf/vyp)
Leave a Reply